Sabtu, 23 Oktober 2010

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB MELALUI METODE MUHADATSAH (Studi Kasus MI Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Tahun Ajaran 2009/2010)


OPTIMALISASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB MELALUI METODE MUHADATSAH
(Studi Kasus MI Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Tahun Ajaran 2009/2010)
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas akhir kuliah mata kuliah metodologi
penelitian di semester 6 Sekolah
Tinggi Islam Bani Fattah
OLEH:
Qumillaela
NIM/NIMKO:200912602008
DOSEN PENGAMPU:
Dr.Hj.MARDLIYAH,M.Ag.
PRODI. PBA FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ISLAM BANI FATTAH
TAMBAKBERAS JOMBANG
2010


NOTA PEMBIMBING                                                 Tambakberas , 15 juni 2010
Hal       : Seminar Proposal /Dasain Skripsi
a.n  QUMILLAELA  
Kepada
Yth. Bapak Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Sekolah Tinggi Islam Bani Fattah (STIBAFA)
Di-
                        Tambakberas Jombang

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb
Untuk melengkapi salah satu syarat penyelesaian studi program S1, pada Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Islam Bani Fattah, dengan ini:

Nama                    : Qumillaela
Nomor Induk        : 2009126020068
Jurusan                 : Pendidikan Bahasa Arab
Judul skripsi          : OPTIMALISASI PEMBALAJARAN BAHASA ARAB           MELALUIMETODE MUHADATSAH (STUDI KASUS MI BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG TAHUN AJARAN 2009/2010)
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam seminar Proposal/Desain Operasional Skripsi Fakultas Tarbiyyah STIBAFA. Untuk itu kami ikut mengharapkan agar segera diseminarkan .
Demikian atas perhatian ibu, kami sampaikan terimakasi.
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb

                                                                                                             Pembimbing
                                                                                                                      


                                                                                                    Dr.Hj.mardliyah, M.Ag.


NOTA PENGESAHAN                                                             Tambakberas , 15 juni 2010
Hal       : Permohonan Pengesahan Judul Skripsi
Kepada Yth.
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Sekolah Tinggi Islam Bani Fattah (STIBAFA)
Di-
                        Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Untuk melengkapi salah satu syarat penyelesaian studi program S1 pada Fakultas Tarbiyyah Sekolah TInggi Islam Bani Fattah (STIBAFA), dengan ini

Nama                     :  QUMILLAELA
Nomor Induk          :  2009126020068
Alamat Rumah       :  Pondok Al-Amanah Al-Fatimiyah Tambakberas Jombang
Judul skripsi           :  OPTIMALISASI PEMBALAJARAN BAHASA ARAB           MELALUIMETODE MUHADATSAH (STUDI KASUS MI BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG TAHUN AJARAN 2009/2010)
Mohon hendaknya judul skripsi diatas dapat disahkan sebagai mana mestinya.
Demikian atas perkanannya disampaikan banyak trimakasih.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.
                                                                                                               Jombang,
                                                                                                               Pemohon


                                                                                                             Qumillaela

Disahkan pada tanggal           : 15 juni 2010
Dosen pembimbing     : Dr.Hj Mardliyah,M.Ag.
A.n. Dekan  Fakultas Tarbiyyah
STIBAFA Tambakberas
Ketua Jurusan PBA
M. Asrori Ma’sum M.P
Nim: 0120080047
Tembusan:
1.      Mahasiswa yang bersangkutan
2.      Dosen pembimbing
3.      Arsip


DAFTAR ISI




PROPOSAL SKRIPSI

A.            Judul Penelitian

OPTIMALISASI PEMBALAJARAN BAHASA ARAB MELALUI METODE MUHADATSAH (STUDI KASUS MI BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG TAHUN AJARAN 2009/2010)

B.            Konteks Penelitan

Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia dalam berinteraksi sehari-hari antara satu individu dengan yang lain, dalam bermasyarakat atau berdiplomasi dengan negara lain.
Pengajaran bahasa adalah sama saja pengajaran berinteraksi. Pasalnya hidup manusia tak mungkin terlepas dari manusia lain atau mahkluk lain, mereka sangat erat hubungannya dalam mempertahankan hidup. Di sini terlihat perlunya interaksi antara manusia satu dengan yang lain. Tanpa bahasa mereka tak akan pernah mengerti kehendak yang lain. Karenanya bahasa sangat diperlukan dalam interaksi sehari-hari.
Dalam kaitannya, sebenarnya bahasa terbagi menjadi dua menurut tabiatnya. Pertama adalah bahasa isyaroh yang nanti digunakan bagi mereka orang tunawicara. Kedua adalah bahasa lisan yang digunakan bagi mereka yang diberi Tuhan kesempunaan berbicara. Namun dari bahasa lisan ini timbul bahasa yang beragam sesuai dengan ras, suku, dan negara yang ada di sekeliling tempat tinggal manusia. Di negara-negara dunia ada dua bahasa yang diakui sebagai bahasa dunia, yakni bahasa Inggris dan bahasa Arab. Oleh karenanya perlu mempelajari bahasa dunia itu untuk berinteraksi dan berdiplomasi dengan negara lain.
Pengajaran bahasa Arab adalah proses pendidikan yang diharapkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan serta membina kemampuan berbahasa Arab baik secara aktif maupun pasif serta menumbuhkan sikap positif. Adapun yang dimaksud berbahasa Arab aktif adalah kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar sacara lisan, yaitu berdialog dengan orang lain dan menulis sebuah karya tulis. Sedang yang diamaksud dengan berbahasa Arab pasif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami isi tulisan. Kemampuan berbahasa Arab dan sikap positif terhadap bahasa Arab tesebut sangat penting karena dapat membantu dalam memahami sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Bagi orang selain Islam, bahasa Arab dapat digunakan untuk berdiplomasi dan bermu’amalah dengan orang Arab. Bahkan konon sumber ilmu pengetahuan berasal dari buku berbahasa Arab. Oleh karenanya perlu mempelajari bahasa Arab.
     Adapun bahasa Arab merupakan bahasa yang istimewa di mata dunia. Sebagaimana kita ketahuai bahwasannya bahasa Arab tidak hanya bahasa peninggalan peradaban orang Arab kuno, melainkan juga bahasa yang digandrungi ilmuwan dewasa ini. Bahasa Arab selain merupakan bahasa Al-Qur’an dan mempunyai retorika yang sangat bagus. Bahasa Arab juga mudah dipelajari dibandingkan bahasa lainnya. Bahkan  Azhar Arsad mengatatakan bahwa  bahasa Arab selain bahasa orang Arab juga merupakan bahasa bahasa Islam.[1]
Kemahiran berbahasa Arab adalah merupakan salah satu jenis kemampuan yang ingin dicapai dalam pengajaran berbahasa Arab, karena bahasa Arab merupakan sarana utama untuk berkomunikasi dengan orang Arab dan memahami buku atau kitab yang berbahasa Arab. Maka diperlukan pengoptimalan belajar dan mengajar bahasa Arab di dalam instansi pendidikan formal maupun nonformal. Untuknya, upaya-upaya pengotimalan kegiatan belajar mengajar sangat tepat  dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bahasa Arab.
Kegiatan berbahasa Arab di dalam kelas bahasa mempunyai dua aspek yang sangat signifikan yakni aspek antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian terbiasa berlatih dialog menggunakan bahasa Arab akan terasa menarik. Untuk itu perlun diperhatikan bebrepa dasar atau konsep. Pertama adalah kemapuan mendengarkan. Kedua kemapuan mengucapkan dan menguasai ungkapan yang memungkinkan siswa dapat berdialog dengan bahasa itu. Oleh karana itu dapat disimpulkan bahwa berlatih muhadatsah antara satu murid dengan murid lain adalah merupakan lanjutan dari menyimak pembicaraan atau bacaan.
 Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan muhadatsah (berdialog) adalah keberanian murid dan tidak takut salah. Oleh karena itu guru harus dapat memberikan motivasi kepada siswa agar mereka berani bermuhadatsah kendati beresiko salah.  Hendaknya para siswa diberi wejangan bahwa takut salah dalam belajar bahasa adalah suatu kesalahan besar.[2] Sebab takut salah dan malu adalah hambatan untuk bisa trampil bahasa Arab.
Usia pendidikan  dalam pembalajaran diyakini sudah setua usia peradaban manusia, karena tekat hidup adalah belajar. Semua proses yang dilakukan oleh manusia adalah proses belajar . manusia belajar untuk hidup tanpa belajar hidup tak bernialai dan peradaban tidak akan berkembang maju.[3]
Pembelajaran bahas Arab merupakan proses tranformasi ilmu, sikap mental dan prilaku kebahasaan Arab yang diaharapkan dapat dilakukan secara profesonal dan berorentasi kepada tujuan tertentu. Tujuan bahasa Arab dapat di realisasikan secara efektif jika dilandasi oleh visi, misi dan  orentasi yang jelas terhadap prosedur yang dilakukan berlandaskan strategi, pendekatan dan metode yang tepat dan relevan . dan akhirnya menghasilkan output  yang optimal dan memuaskan baik bagi siswa, guru maupun lembaga pendidikan dan masyarakat luas.[4]
Agar tujauan pembelajaran  tercapai, guru hendaknya bersifat professional dalam mengelolah  kelasnya, dengan memperhatikan efektivitas dan efisiensi dari kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan, untuk itu para guru dituntut untuk membatu para anak dididiknya agar mereka mencapai pada pembajaran yang efektiv dan efesien.
Adapun pembelajaran yang efektif adalah upaya untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajran bahasa, kususnya Arab khususnya, baik dari segi proses  maupun hasil. Oleh karena itu peran  seorang guru tidak cukup sebagai pengajar saja, disamping pengajar bahsa Arab seorang guru bahasa Arab harus  menjadi pakar ataupun mengusai perbendaharan bahasa Arab atau retorikanya. Hal ini sangat berpengaruh atas kesuksesan anak didik dan tujuan instansi pendidikan bahasa. Upaya yang dapat dilakukan berupa pengadaan pusat pelatiahan (Leb Bahasa),  media audio visual dan buku-buku karaya ilmiah yang menyajikan bahasa Arab yang mudah dan gampang.[5]
Pengajaran muhadatsah merupakan salah metode dalam mengajar belajar bahasa Arab yang seharusnya pertama-tama diberikan kepada siswa. Tujuan peratama pembelajaran bahasa Arab adalah agar siswa mampu bedialog mengunakan bahsa Arab, dapat memahami teks yang berbahasa Arab, dan terlebih membaca dan memahami Al-Qur’an. Untuk pelajaran bahasa Arab pengajar yang menggunakan metode muhadatsah adalah lebih tepat untuk digunakan dalam menggajar bahasa Arab saat ini.
Oleh karenanya disini penulis ingin meneliti tentang pembelajaran bahasa Arab  yang telah di terapakan pada salah satu instansi pendidikan di Yayasan Ponndok Peasantren Bahrul Ulum, Desa Tambak Beras Jombang, yakni  MI Bahrul ‘Ulum kelas VI. Karena untuk sekolah setingkat Ibtidaiya ini kelas VI nya suadah dituntut untuk berdialog menggunakan bahasa Arab walaupun kurang evektif akahir-akhir ini. Hal inilah yang membedakan sekolah setinkatnya.
Dahulu di Madrasa Ibtidaiyyah Bahrul Ulum khususnya kelas VI, kegiatan berdialog dengan menggunakan bahasa Arab sebenarnya merupakan kegiatan sehari-sehari, lambat tahun kegiatan ini luntur dengan sendirinya, mungkin banyak factor yang sangat mempengaruhi  kegiatan itu. Keterlibatan seorang guru kurang yang menuntut untuk berbaha Arab dan menciptkan lingkungan berbahasa Arab. Tidak terciptanya lingkungan bahasa Arab adalah salah satu penyebab merosotnya kegiatan ini. Sealain itu minat untuk berbahasa Arab siswa-siswi cenderung menurun dratis dan malu untuk mengunakan bahasa Arab.
Di Madrasah Ibtidaiayah Bahrul ‘Ulum ini sebagaimana kita ketahu masi mempertahankan kesalafiyaan dengan mengisi materi pelajarn agama lebih banyak dari pada materi pelajaran umum. Hal ini sesuai dengan Visi pendiri Instansi yang berorentasikan mencetak para intelek muslim yang berpakain salaf ( Tradisional) tapi berfikiran kholaf kholaf (Modern). Oleh kerna itu pendiri ini juga mendirikan Madrasah level atas yakni Mu’alimin Mu’alimat guna meneruskan peljaran yang telah ditimbah DiMadrasah Ibtidaiyyah itu. Oleh karananaya sangat penting diarasa menjadikan bahasa arab sebagai  salah satu pelajaran poko di Madrasah ibtidaiyyah itu.

C.            Fokus Penelitian

Dari paparan konteks penelitian dan masalah diatas maka selanjutnya akan saya jabarkan dalam bentuk pernyataan berikut:
1.      Bagaimana pembelajran bahasa Arab di Madarasa ibtidayah Bahrul ‘Ulum tambakberas jombang?
2.      Bagaimana penerapan metode muhadatsah di Madrasa Ibtidaiyyah Bahrul Ulum tamabakbras jombang?
3.      Bagaimana optimalisasi pembelajaran bahsa Arab melalui metode muhadatsah di Madarasa Ibtidaiyyah?

D.           Tujuan Penelelitian

Tujuan yang diharapakan dari penulisan judul ini adalah:
1.      Untuk memenuhi pembelajaran  bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyyah Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
2.      Untuk memenuhi penerapan metode muhadatsah di Madrasah     Ibtidaiyyah Tambakberas jombang.
3.      Untuk mengtahui optimaliasasi pembelajaran bahasa Arab melalui metode muhadatsah  Madrasah  Ibtidaiyyah Tambakberas jombang.

E.             Manfaat penelitian

1.    Manfaat secara teoritis

Hasil penelitian ini penulis harapkan dapat memberikan pengetahuan setiap subjek pendidikan, kususnya guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut. Metode apapun yang guru gunakan dalam proses belajar-mengajar sebenarnya tidak ditentukan, akan tetapi semua itu merupakan tergantug guru masing-masing. Bila seoang guru menggunakan metode sesuai dengan proses belajar mengajar maka proses belajarpun akan akan menjadi baik dan efesien.  Disini penulis meneliti penerapan metode muhadatsah di instansi ini karena di Madrasa Ibtidaiyyah  Bahrul ‘Ulum penulis menemukan alumni- alaumninya rata-rata menguasai bahasa Arab khususnya memahami kitab kuning atau leteratur buku berabahasa Arab. Terbukti saat penerimaan siswa siswi baru disekolah Madrasah Mualaimin Mualimat, dimana sekolah ini diseting kusus program  dan alumni dari Madrasah Ibtidaiyyah Bahrul Ulum. Dari sini penulis tertarik untuk meneliti metode pembalajran bahasa Arab yang digunakan disekolah ini.

2.    Manfaat secara praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat kiranya menjadi kontribusi pemikiran bagi pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya sekaligus bagi para subyek telaah pendidikan optimalisasi pembelajaran bahsa Arab melalui metode muhadatsah  di Madrasah ibtidaiyyah atau instansi lain yang mempunyai hubungan pembelajaran bahasa Arab.

F.             Batasan Istilah

Dalam memahami suatu masalah dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi dan penafsiaran antara satu orang dengan orang yang lainnya, karena pada dasarnya setiap orang itu berbeda, baik paradigm berfikirnya, latar belakang pendidikannya maupun perbedaan lainnya. Penelitian ini berjudul “OPTIMALISASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB MELALUI METODE MUHADATSAH (STUDI KASUS MI BAHRUL ‘ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG 2009/2010)”
Agar tidak terjadi penyimpangan persepsi sesuai dengan tujuan penelitian maka dari itu penulis perlu memberikan batasan istilah, yang dimaksudkan baik peneliti maupun pembaca menggunakan interpretasi yang sama dalam memahaminya, sesuai dengan judul penelitian ini maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti utarakan, yaitu:
1.      Optimalisasi Pembelajaran Bahasa Arab
Optimalisasi adalah membuat sesuatu sebagus mungkin menjadi paling maksimal, optimalisasi itu berasal dari bahasa Inggris yaitu optimize.[6] Sedangkan pembelajaran bahasa Arab adalah merupakan proses transformasi ilmu, sikap mental dan prilaku berbahasa Arab yang diharapkan dapat dilakukan secara profesional dan berorientasi kepada tujuan tertentu dan suatu usaha untuk terus mengoptimalisasikan pembelajaran bahasa Arab melalui metode-metode muhadatsah yang telah diajarkan di Madrasah Ibtidaiyyah Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang dengan kemampuan yang mereka miliki.
Dalam hal ini penulis hanya akan membahas tentang optimalisasi pembelajaran bahasa Arab melalui metode muhadatsah di Madrasah Ibtidaiyyah Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang. Dimana di Madrasah tersebut sudah menerapkan pembelajaran bahasa dengan metode muhadatsah.
2.      Metode Muhadatsah.
Istilah metode muhadatsah di sini adalah metode yang diterapkan untuk memudahkan cara belajar siswa-siswi. Metode di sini mempunyai pengertian yang sangat banyak. Akan tetapi penulis mengambil pengertian yang bisa dipahami dan yang mudah dimengerti. Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan.
Sedangkan muhadatsah adalah metode sebagai cara menyajikan bahasa Arab melalui percakapan. Dalam percakapan itu terjadi interaksi antara guru dengan murid serta murid dengan murid guna menambah pembendaharaan kata-kata.

G.           Gambaran Setting Penelitian.

Lokasi penelitian ini berada di desa Tambakrejo Jl. KH. Wahab Hasbullah Gg. III no. 120 Tambakberas Jombang yaitu Madrasah Ibtidaiyyah Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang, lembaga pendidikan ini adalah merupakan salah satu lembaga yang berdiri di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum.  Oleh karenanya, Madrasah ini dikelilingi beberapa pondok pesantren yang juga di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum.
Madrasah Ibtidaiyyah tersebut bertempat di sebuah gedung sekolah yang dibangun sejak tahun 1912 oleh KH. Wahab Chasbullah dan KH. Abdul Fattah Hasyim. Sekolah ini memiliki dua gedung. Gedung yang pertama yaitu gedung lama yang sampai sekarang terletak di depan rumah KH. Abdun Nasir Fattah (Pondok Pesantren Putri Fatimiyyah). Sedangkan gedung yang kedua adalah gedung yang baru dibangun pada tahun 2009/2010  yang terletak di sebelah barat gedung Madrasah Ibtidaiyyah yang lama. Tepatnya pendopo jalan masuk Gg. III.
Gedung yang lama dibagi menjadi dua, yang keduanya berdekatan dengan rumah KH. Abdun Nasir Abdul Fattah. Gedung yang lama diperuntukkan bagi siswa-siswi MI biasa mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Sedangkan untuk gedung kedua yang terletak di samping Wartel Mustika ditempati siswa-siswi yang mengikuti program khusus mulai kelas lima sampai kelas enam.
Meskipun lembaga pendidikan ini sudah didirikan sangat lama, akan tetapi kemajuannya dari tahun ke tahun begitu luar biasa. Hal ini terbukti Madrasah Ibtidaiyyah Bahrul ‘Ulum ini mencetak banyak albiturent yang sukses baik dari kalangan kyai sampai politisi. Selain itu, Madrasah Ibtidaiyyah ini selalu mendapat siswa-siswi baru dari kalangan manapun. Di sini penulis sungguh sangat tertarik untuk meneliti Instansi ini di samping program yang sangat baik, guru-guru yang sangat ramah dan sekolah ini sudah menerapkan metode muhadatsah yang bisa berjalan secara baik yang hal ini membedakan sekolah ini dengan yang lain.
Adapun bangunan yang telah selesai dibangun pada tahun 2003/2004 sebagaimana yang ada di foto berikut:
Bangunan Madrasah Ibtidaiyyah yang lama ini sudah mengalami renovasi pada tahun 1995 sampai tahun 2003/2004. Dimana pembangunan ini meliputi ruang kelas, ruang guru, ruang pimpinan, ruang perpustakan, tempat ibadah, ruang UKS, jamban, kerangka atap, kerangka plafon dan kusen. Di samping itu secara berkala pemeliharaan gedung dan struktur bangunan tetap diperhatikan dan dianggar setiap tahunnya (lihat pada anggaran sarpras) sehingga kondisi struktur dan bangunan Madrasah tetap terawat dan tidak berubah bentuknya.
Melihat jumlah siswa-siswi yang belajar di Madrasah Ibtidaiyyah Bahrul ‘Ulum ini jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain jumlah siswa-siswinya masih jauh berbeda, akan tetapi bila dilihat dari kemampuannya siswa Madrasah Ibtidaiyyah Bahrul ‘Ulum ini di atas kemampuan siswa sekolah lain setingkatnya, apalagi masalah pelajaran agama, siswa-siswi Madrasah ini jauh lebih unggul dibanding Madrasah lain.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa siswa-siswi di Madrasah ini terbagi menjadi dua bagian. Yakni, siswa-siswi yang ikut program khusus untuk kelas lima sampai kelas enam program biasa mulai kelas satu sampai kelas enam. Perbedaannya untuk siswa-siswi program khusus ini diperuntukkan bagi mereka yang telah lulus SD atau yang sederajat di luar pesantren. Sedangkan yang program biasa bagi siswa-siswi yang masuk Madrasah ini dari kelas satu.
Untuk materi pelajarannya juga berbeda. Untuk program khusus lebih menekankan bahkan seratus persen materi agama. Sedangkan untuk program biasa, karena mereka sudah dari kelas satu, maka enam puluh persen materi agama dan empat puluh persennya materi umum. Hal ini karena Madrasah ini dipersiapkan untuk melanjutkan jenjang yang lebih tinggi, yakni Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang yang notabene juga mempertahankan kesalafiannya. Maka dari itu, materi yang disuguhkan lebih menekankan pada kitab kuning dan agama khususnya.
Berbeda dengan sekolah lain, Madrasah ini libur pada hari jum’at. Penempatan kelaspun dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Siswa laki-laki masuk pagi mulai pukul 06.45 s/d 12.30. Sedangkan untuk perempuan masuk mulai pukul 12.30 s/d 17.05. Dan karena sudah dibangun kelas baru yang terletak di pendopo Gg. III sekarang siswi putri program biasa kelas satu sampai kelas empat masuk pagi sebagaimana siswa laki-laki. Meski demikian kendala tersebut tidaklah membuat siswa-siswi kendor belajar, akan tetapi sebaliknya mereka terlihat bersemangat dan rajin sekolah.
Pandangan tidak sedap terjadi ketika ujian dilaksanakan. Pasalnya mereka menganggap bahwa ujian hanya membutuhkan waktu singkat untuk itu mereka berfikir bahwa kedisplinanpun akan melemah dari pihak guru. Apalagi masuk tahun ajaran baru dimana proses jadwal pelajaran baru dibuat dan mempengaruhi kehadiran guru, oleh karena itu mereka banyak yang bolos.
Khusus untuk kelas enam yang akan menghadapi ujian jam pelajaran ditambah guna untuk mengikuti pendalaman tentang pelajaran yang belum mereka pahami atau lupa sewaktu pembelajaran yang lalu. Untuk hari-hari pendalaman materi UAM dan UAN itu dilakukan dalam satu minggu ada empat hari. Untuk anak kelas enam MI program biasa pelajaran yang dimasukkan bimbel adalah pelajaran UAM dan UAN karena berfungsi untuk memperdalam ujian nasional dan madrasah. Sedangkan untuk MI program khusus pelajaran yang dibimbelkan adalah pelajaran yang diujikan saat UAM semisal pelajaran baca kitab, fiqih, nahwu dan shorof.

H.           Kajian Pustaka

1.    Perspektif Teoritik (teori terkait)

Pembelajaran bahasa Arab terdiri dari dua kata, pembelajaran dan bahasa Arab. Pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.[7] Adapun menurut Umar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran yakni berupa siswa, guru, dan tenaga lainnya. Adapun materinya meliputi: buku, papan tulis dsb.[8]
Pengertian pembelajaran ini berbeda dengan pengertian pembelajaran di atas. Pembelajaran ini menyatakan bahwa pembelajaran merupakan terjemahan kata instruction yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau instruere yang berarti menyampaikan pikiran. Dengan demikian arti instruksional adalah penyampaian pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.[9] Namun penulis lebih sependapat dengan pengertian pembelajaran yang pertama, karena lebih mudah dipahami. Sedangkan bahasa Arab adalah sebuah bahasa yang berasal dari dialek kabilah Quraisy yang kemudian dikembangkan dan disempurnakan dengan unsur-unsur dialek dari kabilah lainnya.[10]
Jadi pembelajaran bahasa Arab adalah upaya untuk mempelajari bahasa Arab dan menghasilkan tujuan dari pembelajaran itu dalam proses belajar dan mengajar sehingga siswa mempelajari bahasa Arab secara efisien dan efektif.

a)   Tujuan pembelajaran

Tujuan penting dalam sistem pambeljaran merupakan suatu komponen pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif.[11] Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebuTuhan siswa, mata ajaran dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebuTuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai dan diapresiasikan untuk dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru itu sendiri adalah sumber utama bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.[12] Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru untuk memilih metode yang digunakan dalam menyajikan materi pelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat diwujudkan dengan menggunakan metode pembelajaran.[13]
Di sini suatu sistem pembelajaran mempunyai tiga cirri utama, yaitu memiliki rencana khusus, saling ketergantungan antara unsur-unsurnya dan tujuan yang hendak dicapai. Unsur minimal dalam sistem pembelajaran adalah siswa, tujuan dan prosedur. Sedangkan fungsi guru dapat dialihkan kepada media pengganti. Unsur dinamis dan kondisi guru mengajar siswa , unsur pembelajaran sesuai dengan unsur belajar dan sesuai dengan unsur belajar yang meliputi motivasi belajara, sumber bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar dan subjek belajar.[14]

b)   Model Pembelajaran

Bahwa di dalam pembelajaran itu mempunyai dua dimensi, yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses. Sehingga dua dimensi tersebut menghasilkan lima model pembelajaran, yaitu:[15]
1.      Model pembelajaran dengan ceramah.
Bahwa model pembelajaran ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber yaitu pengajar atau guru. Dan model ini dianggap kurang memberdayakan kompetensi pelajar, karena guru/dosen masih terlalu dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan. Sementara siswa atau peserta didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya.
2.      Model pembelajaran mandiri.
Dalam model ini mempunyai strategi pembelajaran yang dilakukan secara mandiri oleh siswa atau pelajar dalam keseluruhan aktivitasnya.
3.      Model pembelajaran berbarengan.
Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya dilakukan atas tanggungjawab pelajar atau siswa sendiri, namun dalam suasana berbarengan dengan yang lain dan berinteraksi. Dan model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk trampil mengekspresikan pendapatnya.
4.      Model pembelajaran kolaboratif.
Pembelajaran kolaboratif dilakukan dalam bentuk kerjasama pelajar dalam satu tim. Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan kebersamaan.
5.      Model pembelajaran aktif.
Model pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang meniscayakan dinamika interaktif antara pelajar dan guru. Dan pembelajaran aktif adalah yang mengajak pelajar untuk belajar aktif.
Jadi, lima model pembelajaran tersebut di atas bisa diterapkan dalam pembelajaran bahasa Arab agar peserta didik dapat belajar dengan efektif dan efisien.

c)    Pembelajaran bahasa Arab yang efektif

Bahwa pembelajaran dikatakan efektif, baik proses maupun hasilnya apabila:[16]
1.      Tujuan yang diharapkan dapat dicapai secara optimal, sesuai dengan program yang diharapkan.
2.      Proses berlangsung humanis, dinamis, produktif, dan berada dalam situasi/lingkungan yang kondusif dan menyenangkan.
3.      Bernilai teoritik dan pragmatik terutama bagi siswa.
4.      Dikelola secara profesional oleh guru dan kompeten.
5.      Hasil evaluasi menunjukkan adanya kemajuan, prestasi dan citra baik bahasa Arab

d)   Unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran bahasa Arab

Unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran bahasa Arab adalah sama halnya dengan pembelajaran bahasa Inggris sebagaimana berikut:
1.      Motivasi belajar siswa.
Bahwa dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seorang yang mempunyai motivasi belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas selain belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa suatu yang akan dikerjakan itu tidak menentu kebuTuhan.[17]
2.      Bahan belajar.
Bahan belajar yang tersedia harus mendukung bagi pencapaian tujuan belajar siswa. Karena itu penggunaan bahan belajar harus efektif dan selektif disesuaikan dengan komponen-komponen lainnya.
3.      Alat bantu belajar.
Dalam pembelajaran diperlukan alat bantu baik berupa audio visual ataupun papan tulis serta alat tulis lainnya yang mempengaruhi aktivitas belajar mengajar.
4.      Suasana belajar.
Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar mengajar. Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana yang kacau, ramai, tak tenang dan banyak gangguan sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar mengajar yang efektif. Karena itu seorang guru dan siswa senantiasa dituntut agar menciptakan suasana belajar yang baik dan menyenangkan. Hal ini berarti bahwa suasana belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar siswa.
5.      Kondisi subyek belajar.
Kondisi subyek belajar dapat dibedakan atas kondisi fisik ataupun psikis. Kondisi fisik meliputi ukuran tubuh, kekuatan tubuh, kesehatannya, aspirasinya dan harapannya. Oleh karena itu kondisi siswa perlu diperhatikan.[18] Sedangkan kondisi psikis meliputi ketenangan siswa dan daya fokus siswa.

e)   Prinsip-prinsip dalam pembelajaran bahasa Arab

Sebenarnya, prinsip-prinsip dalam pembelajaran bahasa Arab itu terbagi menjadi tiga bagian.
1.      Prinsip prioritas dalam proses penyajian.
Dalam pembelajaran bahasa Arab ada prinsip prioritas dalam penyampaian materi pelajaran, yaitu: pertama, mengajarkan, mendengarkan dan mengucapkan sebelum menulis. Kedua, mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa Arab sesuai dengan penuturan bahasa Arab.
2.      Prinsip korektisitas dan umpan balik.
Prinsip ini diterapkan ketika sedang mengajarkan materi الأصوات (fonetik), التراكب (sintaksis), dan المعانى (semiotik). Maksud dari prinsip ini adalah seorang guru bahasa Arab hendaknya jangan hanya bisa membetulkan dan mebiasakan pada peserta didik untuk kritis pada hal-hal berikut:
a.      Korektisitas dalam pengajaran (fonetik).
Korektisitas dalam pengajaran fonetik adalah pengajaran aspek ketrampilan melalui latihan pendengaran dan ucapan. Jika peserta didik masih sering melafalkan bahasa ibu, maka guru harus menekankan latihan melafalkan dan menyimak bunyi huruf Arab yang sebenarnya secara terus-menerus dan fokus pada kesalahan peserta didik.
b.      Korektisitas dalam pengajaran sintaksis.
Perlu diketahui bahwa struktur kalimat antara bahasa satu dengan yang lain umumnya terdapat banyak perbedaan. Korektisitas ditekankan pada pengaruh bahasa ibu terhadap bahasa Arab. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kalimat selalu diawali dengan kata benda (subyek), namun dalam bahasa Arab kalimat bisa diawali dengan kata kerja (فعل).
c.       Korektisitas dalam pengajaran semiotik.
Dalam bahasa Indonesia pada umumnya setiap kata dasar mempunyai satu makna ketika sudah dimasukkan ke dalam suatu kalimat. Akan tetapi berbeda dengan bahasa Arab, hampir semua kata memiliki lebih dari satu makna. Yang lebih dikenal dengan istilah musytarok (satu kata banyak arti) dan mutarodif (berbeda kata sama arti). Oleh karenanya guru bahasa Arab harus menaruh perhatian yang besar terhadap masalah tersebut. Ia harus mampu memberikan solusi yang tepat dalam mengajarkan makna dari sebuah ungkapan karena kejelasan petunjuk.
3.      Prinsip berjenjang.
Jika dilihat dari sifatnya, ada tiga kategori prinsip berjenjang, yaitu: pertama, pergeseran dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari yang global ke yang detail, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui. Kedua, ada kesinambungan antara apa yang telah diberikan sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan. Ketiga, ada peningkatan bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baik dalam jumlah maupun materinya.

f)     Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab.[19]

Sesuai dengan tujuan di atas, pendekatan pembelajaran yang efektif mencakup empat pendekatan, yaitu pendekatan humanistic, komunikatif, kontekstual, dan structural.
1)      Pendekatan humanistic melihat bahwa pembelajaran bahasa Arab memerlukan keaktifan pelajar, bukan pengajar. Pelajarlah yang aktif belajar bahasa dan pengajar berfungsi sebagai motivator, dinamisator, administrator, evaluator, dsb. Pengajar harus memanfaatkan semua potensi yang dimiliki pelajar.
2)      Pendekatan komunikatif melihat bahwa fungsi utama bahasa adalah komunikasi. Hal ini berarti materi ajar bahasa Arab harus materi yang praktif dan pragmatis, yaitu materi ajar terpakai dan dapat dikomunikasikan oleh pelajar secara lisan maupun tulisan. Materi ajar yang tidak komunikatif akan kurang efektif dan membuang waktu saja.
3)      Pendekakatan kontekstual melihat bahasa sebagai suatu makna yang sesuai dengan kebuTuhan pelajar dan settingnya. Di sini, rancangan materi ajar harus berdasarkan kebuTuhan lembaga, kebuTuhan pelajar hari ini dan ke depan.
4)      Pendekatan structural melihat bahwa pembelajaran bahasa sebagai hal yang formal. Oleh sebab itu, struktur bahasa (qowa’id) harus mendapat perhatian dalam merancang materi ajar. Namun struktur harus fungsional agar komunikatif dan praktis.

2.    Pembahasan Tentang Metode Muhadatsah

a)   Pengertian metode muhadatsah.

Berkenaan dengan metode, ada beberapa istilah yang biasanya digunakan oleh para ahli pendidikan Islam, yakni (1) minhaj al-tarbiyyah al-Islamiyyah, (2) wasilah al-tarbiyyah al-Islamiyyah, (3) kaifiyyah al-tarbiyyah al-Islamiyyah, (4) thoriqoh al-tarbiyyah al-Islamiyyah. Semua istilah tersebut sebenarnya merupakan murodif sehingga semuanya bisa digunakan. Menurut Asnely Ilyas, diantara istilah di atas yang paling populer adalah al-thoriqoh yang mempunyai pengertian jalan atau cara yang harus ditempuh.[20]

b)   Manfaat Metode Muhadatsah

Suatu metode pembelajaran haruslah mempunyai manfaat yang nyata baik untuk sekarang atau lusa bagi anak didik, dalam kaitanya metode apa saja pasti mempunyai kemanfaatan bagi pembalajaran yang dituju, begitu juga metode muhadatsah. Adapun manfaat metode muhadatsah sebagaimana berikut.
a.      Sisswa lebih berani memperaktekkan percakapan , dengan menghilangkan perasaan malu dan takut salah.
b.      Sisiwa rajin memperbanyak perbendaharaan kata-kata dan kalimat secara kontinu.
c.       Siswa selalu berlatih pendengaran dan ucapannya agar menjadi fasih dan lancer,sehingga secra sepontan siswa mampu melafalkan kata-kata diamana dan kapanun.
d.      Siswa dapat memahami buku yang berbahasa Arab, dialog orang Arab  dan dapat berbahasa Arab dengan fasih.
e.      Siswa akan bisa lebih mudah menciptakan lingkungan bahasa Arab dilingkunganya.
f.        Siswa  akan lebish senang berbahasa Arab sebagai bahasa asingnya sehari-hari. Dan dapat menyenangi pelajaran yang berabau bahasa Arab.
g.      Siswa lebih bisa mentranfer ilmunya kepada orang lain atau siswa lain disekelilingnya[21].
h.      Salain itu mereka juga akan merasa mudah ketika membaca Al-Qur’an dan juga mudah mebaca leteratur bauku bahasa Arab.

I.              Tujuan Metode Muhadatsah.

Berbicara dengan menggunakan bahasa Arab adalah salah satu cita umat Islam guna memahami kalam Tuhan dan ilmu-ilmu yang terdapat buku-buku yang berbahasa Arab. Selin itu jugapembelajaran  berbahasa Arab adalah tujuan anak bangsa untuk berdiplomasi dengan Negara-negara Islam yang menggunakan bahasa Arab.  Secara sepesifik  tujuan metode muhadatsah dalam pembajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut:
a.      Melatih anak didik untuk berdialog dengan menggunakan bahasa Arab dengan fasih dan benar.
b.      Agar siswa terampil berbicara dalam bahasa Arab baik untuk kebuTuhan ilmunya atau interksinya terhadap orang yang menggunakan bahasa Arab sehari-hari.
c.       Memahami dialog atau leteratur yang mengunakan bahasa Arab baik dalam buku atau intertaimen.
d.      Siswa dapat merasa cinta dan menyenangi bahasa Arab dan Al-Qur’an atau Al-Hadits, sehingga timbul rasa ingin mengalihnya[22].

J.              Satrategi Metode Muhadatsah.

Dalam metode muhadatsah ini terdapat beberapa langkah-langkah yang harus diperhatikan agar metode muhadatsah ini berjalan dengan baik. Adapun langkah-langkah tersebut sebagaimana dibawaini:
1.      Siswa dapat mempersiapkan acara atau atau meteri muhadatsah dengan matang.
2.      Materi muhadatsah hendaknya disusun dengan tara perkembangan dan kemampuan anak didik.
3.      Siswa hendaknya mengunakan alat bantu yang mendorong metode ini.
4.      Guru hendaknya terlebih dahulu menjelaskan arti setiap kata-kata yang diajarkan, baik dengan menuliskan di papan tulis atau juga menyebutkan melalui metode tikte.
5.      Untuk metode muhadatsah bagi usia dewasa, maka diharapkan peserta didik yang lebih aktif daripada guru.
6.      Setelah metode muhadatsah ini telah dipraktekan , guru kemudian membuka season Tanya jawab atau yang berhubungan dengan keaktifan siswa.
7.      Pengusaan bahasa secara aktif, itulah yang banyak dan berhasil bukan hanya pengusaan yang fasif.
8.      Guru selu meminig lawan bicara peserta didik satu dengan yang lain secara bergantian guna menghilangkan rasa malu kepada yang lain.
9.      Di dalam kelas harus diciptakan suasana wajib berbahsa Arab, begitu juga guru harus menggunakan bahasa Arab ketika memulai pelajaran sbagai prolog, dengan pelan dan fasih. Agar anak didik juga tergugah untuk menggunakan bahasa Arab dalam kelas.
10.  Jika metode muhadatsah akan dilakukan kembali pada pertemuan berikutnya, sebaiknya seorang guru terlebih dahulu menetapkan batas materi pelajaran yang akan disampaikan, agar siswa juga mempersiapkan diri untuk menyiapkan materi itu.
11.  Mengakhiri pertemuan pembelajaran dengan member suport dan motipasi agar anak didik giat dalam belajar[23].


K.            Review Hasil Penelitan Terdahulu.

Pembalajaran bahasa Arab memang suatu  pembelajaran yang bisa dikatakan pembelajaran yang  gampang-gampang susah, pasalnya retorika bahasa Arab banyak unsurnya, mulai dari ilmu alat yang berupa Nahwu, Shorof Dan Balaghohnya seperti tidak biasa dipisahkan dalam bahasa tersebut. Dalam kata lain belajar bahasa Arab berarti mengharuskan belajar ilmu yang mendukung berupa ilmu alat di atas.
Banyak penelitian  yang difokuskan kepada bahasa Arab, karna bahasa Arab merupakan bahasa yang indah dan bahasa Al-Qur’an. Melalui unsur penting bahasa ini mereka menggali keunikan dan karekter baik dari segi kosakata atau unsur ilmu alat.  Dan mereka juga menawarkan beberapa metode pembelajaran bahasa Arab yang efesien dan inovatif.
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan sebagainya dimana penerapan Metodologi Pengajaran Bahasa Asing telah berjalan dengan baik, disertai alat-alat peraga atau media pengajaran (Audio Visual Aids) tersedia lengkap, maka dalam waktu enam bulan sampai satu tahun saja belajar bahasa Arab, orang sudah mampu mengikuti kuliah, memahami buku-buku, berkomunikasi dan berkunjung ke negara-negara Arab, bahkan menulis disertasi dengan bahasa Arab tersebut[24].
Perkembangan metode pengajaran bahasa asing di negara-negara maju mengalami kemajuan yang menakjubkan. Mereka sudah meninggalkan metode pengajaran bahasa yang masih tradisional menuju metode yang lebih inovatif. Berbeda dengan pengajaran di Indonesia secara umum masih rendah dan kalah jauh jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Problem mendasar pendidikan kita adalah rendahnya produktivitas, kurang relevan, dan rendahnya kualitas. Khususnya dalam pembelajaran bahasa Arab, nampaknya masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Inggris. Ketertinggalan itu menyangkut baik segi substansi kajian, metode pembelajaran, maupun minat pembelajarnya[25].
Melalui penilaian diatas sebenaranya sudah banayak peneliti tentang pengajaran bahasa asing kususnya bahasa Arab. Sebagaiamana penilitian dialakukan oleh Muhammad Tsabirin tentang Pembelajaran Bahasa Arab Di MIN Baet Sibreh Suka Makmur Aceh Besar dalam tulisanya dia menilai bahawa perlunya pengajaran bahasa Arab,karana bahasa Arab adalah bahasa yang dapat memahami Al-qur’an untuknya penting mempelajari bahasa Arab baik penulisan, pemhaman dan pengucapan.dia juga menguraikan bahawa pembelajaran bahasa Arab adalah sepetutyna dipelajari untuk orang Islam karena dengan bahasa Arab seorang Islam dapat mengali banyak pelajaran dari buku-buku yang ditulis dalam bahasa Arab.
Disekolah yang Tsabirin teliti adalah sekolah yang sudah berdiri sejak 39 tahun lalu. Awalnya Madrasah Ibtidaiayyah ini adalah instansi sekolah swasta, kemudian pada tahun 1994  Madrasa Ibtidaiyyah ini secara resmi bernaung dibawa payung pemerintahan. Setelah madrasah ini bernaung dibawa naungan payung pemerintahan, madrasah ini mengalami perkembangan yang sangat dari tahun-ketahun. Walaupun instansi pendidikan ini beranaung pada pemerintah, Madrasah ini tetap mempertahankan kesalafanya, tanpa mengubah jati dirinya. Di madrasah ini masi menetapkan pelajaran agama sebagai pelajaran poko, dan menomorduakan peljaran umum. Untuk memahami materi agama, madrasah ini lebih mengutamakan buku yang berleteratur bahasa Arab. Oleh karena itu sebagai upaya untuk mempermudah memahami materi yang teradapat pada buku yang berleteratur Arab ini madrasa ini juga memasukan bahasa Arab sebagai pelajaran poko.
    Tshobirin berependapat bahwa untuk sekolah yang masi selevel MIN ini perlunya keahlian seoarang guru dalam mengajar bahasa arab seperti guru harus terlebih dahulu mengenalkan kepada muridnya huruf hijaiyah (huruf – huruf arab). Dan dalam hasil penelitiannya Tshobirin juga memberi konsep atau metode baru dalam hal pembelajaran bahasa arab sbagaimana berikut:[26]
a.      Tahap pertama untuk kelas I-II MI.
Siswa kelas I dan kelas II harus diajarkan dasar – dasar dari pada materi pembelajarannya disebabkan karena para siswa sebelumnya belum pernah mengenalnya. Dalam hal ini guru harus mengajarkan murid – muridnya huruf – huruf hijaiyah, cara membacanya dan juga cara menulis serta yang lain – lain yang bisa dianggap dasar untuk menunjang pembelajaran bahasa arab.
b.      Tahap kedua untuk kelas III-IV.
Dalam tahap II ini dikhususkan kepada siswa yang menduduki kelas III dan kelas IV. Materi yang ditawarkan pada tahp ini juga sedikit meningkat dari pada tahap yang pertama. Dalam tahap ini siswa sudah mulai dikenalkan tentang bacaan- bacaan dalam bahasa arab selain itu keluar dari rasa bosan murid seoarng guru harus membaca buku, kemudian menjelaskannya kepada murid. Dan jika murid merasa bosan maka guru memindah metodenya menjadi murid yang mengulangi pelajaran yang lalu dan guru sedikit mengefal apa yang kuarang mengenai tujuan dalam pembelajaranya.
c.       Tahap ketiga untuk kelas IV-VI.
Tahap ketiga ini merupakan tahap tertinggi dalam pembalajaran pada tingkat madrasah ibtidaiyah, oleh karana itu Siswa pada level ini sudah pasti sudah mengenal secara lebih luas tentang materi karena sudah dipelajari pada tahp-tahap sebelumnya. Target yang ditergetkan pada tahap ini adalah selain siswa dapat membaca tulisan bahasa arab baik itu dalam kaliamat ataupun dalam karangan, siswa juga harus bisa mengetahui arti atau makna dari kalimat bahasa arab tersebut. Dalam hal ini siswa sudah dikenalkan tentang qowaid-qowaid bahasa arab supaya lebih mudah dalam membaca dan mengartikannya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tsobirin diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Arab pada siswa setingkat madrasah Ibtidaiyyah sanagatlah perlu diperhatikan secara aktif, baik bagi guru yang mengajar atau bagi mahasiswa yang  gandrung  didalam lingkup pendidikan, sekalipun pendidikan umum. Dan menurut hemat penulis, pembahasan Tsobirin dari hasil penelitianya lebih memfokuskan terhadap penyampain materi dari seoarang guru untuk materi bahasa Arab, oleh karana itu sangat menarik jika saja metode itu dikolaborasiakan dengan metode muhadtsah, listening  dan menulis dengan menggunakan bahasa arab.   

L.             Metode Penelitan.

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian tentang “Optimalisasi Pembelajaran Bahasa Arab Melalui Metode Muhadatsah” di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul ‘Ulum tambakberas jombang ini adalah menggunakan pendekatan metode kualitatif lapangan(Grauded). Dalam hal ini penulis akan mengumpulkan data-data, kemudian membuat kesimpulan atau teori tentang optimalisasi pembalajaran bahsa Arab melalui metode muhadatsah. Sabagaimana Sugiyono dalam bukunnya mengatakan “ Penelitian kuantitatif digunakan untuk mendapat data yang mendalam ,   suatu data yang mengandung makna. Seadang makna adalah data yang sebenarnya, dan data yang pasti adalah data yang merupakan suatu nilai dibalik makna yang tampak”[27].Sedang jenis dan pendekatan penelitian kualitatif ini adalah dengan menggunakan pendekatan descriptive-qualitative-sosiology. 
Pendekatan descriptive yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan data sebanyak-banyaknya,[28] mengenai setrategi pengoptimalan pembelajaran bahasa Arab melalui metode muhadatsah di Madrasah Ibtidaiyyah Bahru Ulum Didesa Tambakberas Jombang. Oleh karena itu penulis dalam meleliti obyek penelitiannya hanya mengandalkan naska wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen instansi terkait dan data-data yang membantu untuk diulas dalam penelitian ini.

M.         Kehadiran peneliti

Kehadiran peneliti disisni dalam sekripsi ini bertindak sebagai intrumen kunci/intrumennya peneliti sendiri (human intruman), dandan sebagai pangamat partisipan (participant observatiaon). Dimana kehadirannya diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subyek atau informasi.

N.           Sumber Data.

Sumber data dalam penelitian adalah sumber dariamana data itu didapat sebagai sumber untuk mengurai materi yang diteliti. Sumber penelitian itu adalah sebagaimana berikut.
a.      Informasi dalam hal ini adalah kepala sekolah.
b.      Dokumen (file) tentang pengoptimalan pembelajaran bahsa Arab melalui muhadatsah di Madrasah Ibtidaiyyah  Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
c.       Rekaman hasil wawancara atau interfiew.

O.           Prosedur Pengumpulan data.

Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.[29]
Dalam penelitian ini, agar diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka diperlukan cara-cara pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data adalah melalui tahap-tahap sebagaimana berikut.
a.      Data Kepustakaan
Data kepustakaan yaitu merupakan sumber data yang diperoleh dari sumber tertulis yang dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, sumber dari arsip dan dokumen pribadi dan dokumen resmi.[30] Adapun data yang ditempuh peneliti adalah sebagaimana berikut:
1.      Mengumpulkan data kepustakaan dan dokumentasi secara langsung yang dianggap masih berhubungan dengan masalah bahasa Arab.
2.      Pencatatan kepustakaan dan dokumentasi yang baik menurut pendapat-pendapat yang sesuai dengan masalah tersebut dan membandingkan satu dengan yang lain yang dianggap penting dalam pembahasan tersebut.
3.      Data Lapangan.
Adapun data lapangan yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:
1.      Pengamatan (observasi) yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengganti dan mencatat secata sistematik gejala-gejala yang diselidiki.[31]
2.      Wawancara ialah kegiatan mencari bahan (keterangan dan pendapat) melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja dan apa saja yang diperlukan.
3.      Dokumen berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis atau bukti tertulis. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari salah seseorang.[32] Dalam menggunakan metode dokumen peneliti mengumpulkan data yang berupa data sekunder atau data yang dikumpulkan oleh orang lebih baik berupa catatan, buku, surat kabar dll.

P.            Teknis Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lain, dan bahan-bahan lain sehingga dapat lebih mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Menurut Bagdan sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian Pendidikan”: analisa data adalah dilakukan dengan mengorganisasikan dan menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.[33]
Penelitian ini dilakukan dengan analisa sebagaimana berikut:
a.      Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan juga mencarinya bila diperlukan.
b.      Data Display (Penyajian Data)
Setelah data telah direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data tersebut. Dengan mendisplay data maka akan lebih memudahkan memahami apa yang terjadi.
Yang terpenting dalam sajian data ini adalah sistematis, jelas, ringkas, utuh dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam memahami keseluruhan data secara sistematis sehingga seperti membantu dalam menganalisa data tersebut.
c.       Kesimpulan Data Verifikasi
Dari kedua tahap di atas, telah memberikan sumbangan atau masukan dalam tahap selanjutnya, yaitu tahap dalam menyimpulkan data sejak awal pengumpulan data, peneliti berusaha memahami makna data yang telah ditemui, melakukan pencatatan data dan sebagainya. Dari kesimpulan yang diperoleh pada data awal tersebut perlu diverifikasikan atau dites keabsahannya agar data yang diperoleh terjaga validitasnya.

Q.           Pengecekan Keabsahan

Temuan yang ditemukan oleh peneliti perlu keabsahan agar laporan data penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kriteria untuk keabsahan temuan yaitu dengan cara:
a.      Kredibilitas
Disebut juga derajat kepercayaan yang meliputi perpanjangan keikut sertaan, ketekunan pengamatan dan triangulasi.
1.      Perpanjangan keikut sertaan.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti dapat meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, karena dengan perpanjangan keikutsertaan secara mendalam objek yang diteliti serta dapat diteliti ketidakbenaran informasi yang telah disebabkan oleh distorsi baik itu berasal dari peneliti maupun responden.
2.      Kekuatan pengamatan.
Kekuatan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian daripada hal-hal tersebut secara rinci.
3.      Tringulasi.
Dalam teknik pengumpulan data, tringulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang akan ada.
Dalam hal tringulasi, susunan stainback (1988) menyatakan bahwa tujuan dari tringulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peniliti terhadap apa yang ditemukan.[34]
b.      Keterangan
Keterangan digunakan untuk mengetahui apakah hasil temuan yang dilakukan oleh peneliti dapat ditransfer pada situasi lain.
c.       Menggunakan bahan reformasi
Yang dimaksud dengan menggunakan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh penliti, berupa foto-foto dan dokumen autentik, sehingga lebih dipercaya.


DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsad, Bahasa Arab dan Beberapa Metode Pengajarannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003
Wahab Abdul Muhbib, Epistemologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta, 2008
Yusuf Tayas dan Anwar Syaiful, Metodologi Pengajaran dan Bahasa Arab, Jakarta: Grafindo Persada, 1995
Izzan, Ahmad, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora, 2009
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: CV. Citra Media, 1996
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Warsita, Bambang, Teknologi pembelajaran Landasan dan Amplikasi, Jakarta: RIneka Cipta, 2008
Yamin, Martinis, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat, Tujuan Satuan Pendidikan, Jakarta: GP Press, 2008
Tim Dosen STKIP PGRI, Strategi Pembelajaran, Jombang: STKIP Jombang Press 2009
Fachurozi, Aziz dan Nawawi, Mukhson, Kapita Selekta Metodologi Pengajaran Bahasa Asing, Malang: Fakultas Tarbiyyah UIN Syarif Hidayatullah, 2006
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD), Bandung: Alfabeta, 2008
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Rianse, Usman, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi), Bandung: Alfabeta, 2008
Paus A, dan Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090826102235AA>H2vit
http://hadirukiyah2.blogspot.com/2010/10/inovasi-pembelajaran-bahasa -Arab.html



[1] Azhar Arsad, Bahasa  Arab Dan Beberapa Metode Pangajrannya, Yogyakarta: Hal 7-8
[2] Lihat Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pembelajran Bahasa Arab , 2005, Penerbit Miskat, Malang, Hal: 112-113
[3] Dr.muhbib abdul wahab, MA epeistemoli dan metodologi pembajaran bahasa Arab,2008,UIN, Jakarta prees ,hal :225
[4] Dr.muhbib abdul wahab, MA epeistemoli dan metodologi pembajaran bahasa Arab,2008,UIN, Jakarta prees ,hal :147-148

[5] Tayas yusuf  dan saiful anwar , metodologi pembelajaran dan bahasa Arab , 1995, jakarta, grafindo peesuda, hal:188-189
[6] http://id.answer.yahoo.com/question/index?qid=200908026102235AA>H2vit
[7] Muhaimin M.A. Dkk. Strategi Belajar Mengajar, 1996, Surabaya: CV. Citra Media, hal: 99
[8] Prof. Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, 1995, Jakarta: Bumi Aksara, hal: 57
[9] Drs. Bambang Warsit, M.Pd, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasi, 2008, Reneka Cipta, Jakarta, hal: 265
[10] Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag. Op. Cit, hal: 16
[11] Prof. Dr. Oemar Hamalik, Op. Cit, hal: 75
[12] Ibid, hal: 76
[13] Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd., Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat , Tujuan Satuan Pendidikan, 2007, Jakarta: GP Press
[14] Tim Dosen STIKIP PGRI, Strategi  Pembelajaran, 2009, Jombang: STIKIP Jombang Press, hal: 1
[15] Dr. Muhbib Abdul Wahab, MA, Op. Cit, hal: 228-229
[16] Ibid, hal: 148
[17] Abd. Rohman Abror, Psikologi Pendidikan, 2000, Yogyakarta: Tiara Wacana, hal: 34
[18] Prof. Dr. oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, 1995, Surabaya: CP Citra Media, hal: 50
[19] http://haridukiyah2.blogspot.com/2010/01/inovasi -pembelajaran-bahasa-Arab.html
[20] Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, 2008, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
[21] Dr, H. Ahmd izzan,M.Ag, Op.Cit,hal:118-119
[22]  Ibid ,Cit. hal:116
[23] Dr, H. Ahmd izzan,M.Ag, Op.Cit,hal:117-118
[24] Suatu Penafsiran Psikodinamik Terhadap Metodologi Pengajaran Bahasa Asing Inovatif. (Jakarta: al-Qushwa, 1989), Cet. I

[25] http://sigita.web.id/2008/06/metode-penelitian-dan-pengembangan
[26] ttp://tsabirel-araby.blogspot.com/2010/09/metodologi-penelitian-pembelajaran.html
[27] Prop. Dr. sugiyono, Metode Penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatifdan RD)Alfabeta, bandung : 2008.hal:15
[28] Prop. Dr. Suharsini Arikunto,prosedur penelitian (suatu pendekatan praktek), rineka cipta, Jakarta 2002, hal:89
[29] Prof. Dr. Sugiyono, Op.Cit., hal: 107
[30] Ibid, hal: 160
[31] Prof. Dr. Usman Rianse, Op.Cit., hal: 213
[32] Prof. Dr. Sugiyono, Op.Cit., hal: 329
[33] Ibid, hal: 334
[34] Prof. Dr. Sugiyono, Op.Cit., hal: 330